Membaca sejarah tentu teramat penting untuk dilakukan. Betapa tidak, kita semua merupakan bagian dari sejarah yang terus bergulir bersama detik demi detik kehidupan. Kita semua perlu bercermin pada sejarah. Sejarah menawarkan opsi kepada diri kita untuk menjadi pribadi yang sukses atau gagal. Kalau ingin sukses, hendaknya kita meneladani langkah-langkah para tokoh sejarah yang dahulu meraih kesuksesan. Sebaliknya, kalau kita sama sekali tidak ingin menjadi orang sukses, kita boleh berbuat apa saja sesuka hati seperti halnya orang-orang yang hidupnya sia-sia.
Oleh karena itu, Imam Sufyan bin Uyainah berkata: “Manakala sejarah orang-orang shaleh disebut, maka rahmat-Nya turun.” Dari sini kita bisa memafhumi betapa sejarah hidup kaum shalihin merupakan salah satu wasilah atau perantara yang bisa mengantarkan kita kepada rahmat Yang Maha Kuasa. Sejarah mereka adalah cahaya yang mampu membimbing kita kepada kesuksesan hakiki, yakni menggapai ridha Allah SWT.
“Manakala sejarah orang-orang shaleh disebut, maka rahmat-Nya turun”
Bila membaca sejarah orang-orang shaleh dapat memberikan faedah ukhrawi yang sangat besar, maka mencatat sejarah mereka tentu jauh lebih besar faedahnya. Mencatat sejarah para auliya dan shalihin pada hakikatnya sama saja dengan menyebarkan dan mengabadikan nilai-nilai perikehidupan mereka.
Sebagian kaum arifin berkata: “Di antara kewajiban murid kepada guru adalah memelihara ilmu-ilmu dan faedah-faedah yang ia dapat, kemudian menyampaikannya kepada generasi berikutnya sehingga mereka dapat mengambil faedah itu. Para guru pun memperoleh pahala yang melimpah dari setiap orang yang mengambil faedah dari ilmu mereka. Dengan begitu, bisa diketahui bahwa setiap keistimewaan telah dilimpahkan Allah SWT kepada para guru ini dan nama mereka akan terus disebut.
Betapa banyak nama ulama yang tenggelam sepeninggal mereka. Betapa banyak llmu mereka yang terlupakan. Ada beberapa baris syair yang mengungkapkan:
Rahasia-rahasia di dalam zawiyah sirna
Tiada seorang pun yang mengingatnya
Karomah para wali menghilang pula
Bila buku-buku tak mencatatnya
Karena lalai, betapa banyak hal yang sirna dari kita
Dengan menjaganya, akan lestari syiar-syiar untuk kita
Dikatakan pula bahwa apa yang tertulis bakal terjaga dan apa yang terlantar akan hilang. Apa yang ditulis bakal lestari dan apa yang diabaikan bakal lepas.
Dalam kitab Al-Qirthos fi Manaqibil ‘Atthos hal 43, Habib Ali bin Hasan Al-‘Aththas menulis, “Di antara hal yang mendorongku untuk menulis buku ini adalah apa yang disebutkan oleh pengarang kitab A’malut Tarikh : “Barang siapa yang menulis sejarah seorang wali Allah Ta’ala maka kelak di hari kiamat ia akan bersamanya. Dan barang siapa yang membaca nama seorang wali Allah dalam buku sejarah dengan penuh rasa cinta, maka ia seakan-akan menziarahinya. Dan barang siapa menziarahi wali Allah, maka semua dosanya akan diampuni oleh Allah selama ia tidak mengganggu seorang muslim pun dalam perjalanannya.”
Kabar gembira di atas tentu tidak hanya menyenangkan hati Habib Ali bin Hasan yang telah menulis Al-Qirthos, tapi juga kita. Itulah sebabnya kami tuliskan nama orang-orang yang dicintai Allah berikut kisah hidup dan ajaran mereka dengan harapan agar kita semua dapat mengenal, menyayangi, dan meneladani mereka.
Dalam kitab Bughyat al-Mustarsyidin Karya Al Habib Abdurrahman bin Muhammad Ba’alawi halaman 97 disebutkan sebuah hadits tentang pentingnya dan manfaatnya menulis sejarah orang-orang yang shaleh:
ﻭَﻗَﺪْ ﻭَﺭَﺩَ ﻓِﻲ ﺍْﻟَﺎﺛَﺮِ ﻋَﻦْ ﺳَﻴِّﺪِﺍﻟْﺒَﺸَﺮِ ﺻَﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﺍَﻧَّﻪُ ﻗﺎَﻝَ : ﻣَﻦْ ﻭَﺭَّﺥَ ﻣُﺆْﻣِﻨﺎً ﻓَﻜَﺄَﻧﻤَّﺎَ ﺍَﺣْﻴﺎَﻩُ ﻭَﻣَﻦْ ﻗَﺮَﺃَ ﺗﺎَﺭِﻳْﺨَﻪُ ﻓَﻜَﺄَﻧﻤَّﺎَ ﺯَﺍﺭَﻩُ ومن زاره ﻓَﻘَﺪْﺍﺳْﺘَﻮْجب ﺭِﺿْﻮَﺍن الله ﻓﻲِ ﺣُرﻭْﺭِﺍﻟْﺠنة
Rasulullah Saw. bersabda: “Barangsiapa yang menulis sejarah orang mukmin (yang sudah meninggal) maka seolah olah ia telah menghidupkannya kembali. Dan barangsiapa yang membacakan sejarahnya maka seolah-olah ia sedang menziarahinya. Dan Allah akan menganugerahi baginya ridhaNya dengan memasukkannya ke dalam surga.”
Dan juga hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan at-Tirmidzi:
ﻣَﻦْ ﻭَﺭَّﺥَ ﻣُﺴْﻠِﻤًﺎ ﻓَﻜَﺄَ ﻧَّﻤَﺎ ﺍَﺣْﻴَﺎﻩُ ﻭَﻣَﻦْ ﺯَﺍﺭَ ﻋَﺎﻟِﻤًﺎ ﻓَﻜَﺄَ ﻧَّﻤَﺎ ﺯَﺍﺭَﻧِﻰ ﻭَﻣَﻦْ ﺯَﺍﺭَﻧِﻰ ﺑَﻌْﺪَ ﻭَﻓَﺎﺗِﻰ ﻭَﺟَﺒَﺖْ ﻟَﻪُ ﺷَﻔَﺎﻋَﺘِﻰ
Rasulullah Saw. bersabda: “Barangsiapa yang menulis tarikh (biografi) seorang muslim, maka seolah olah ia telah menghidupkannya. Dan barangsiapa ziarah kepada orang alim, maka seolah olah ia ziarah kepadaku (Nabi Saw.). Dan barangsiapa berziarah kepadaku setelah aku wafat, maka wajib baginya mendapat syafaatku esok di hari kiamat.” (HR. Abu Dawud dan at-Tirmidzi).
Ini adalah fadhilah menelaahi sejarah seorang mukmin. Bagaimana dengan sejarah tokoh-tokoh yang berkat menyebut nama mereka saja rahmat Allah SWT diturunkan dan dosa-dosa terampuni?